Artikel

Tri Hita Karana: Kunci Harmoni dan Penyelesaian Konflik di Bali

768
×

Tri Hita Karana: Kunci Harmoni dan Penyelesaian Konflik di Bali

Sebarkan artikel ini
Tri Hita Karana

Tri Hita Karana

Tri Hita Karana merupakan sebuah konsep filosofis dan spiritual yang berakar dari tradisi masyarakat Hindu Bali. Konsep ini muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan sosial dan spiritual. Sehingga mampu menjawab tantangan zaman modern sekaligus mempertahankan nilai-nilai tradisional.

Pada konferensi tahun 1966, para pemimpin Hindu Bali merumuskan Tri Hita Karana sebagai panduan hidup yang tidak hanya relevan bagi umat Hindu, tetapi juga bersifat universal. Yang mengajak setiap orang untuk hidup dalam harmoni. Secara etimologis Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari tiga kata, yaitu:

  • Tri: berarti tiga
  • Hita: berarti kebahagiaan atau kesejahteraan
  • Karana: berarti sebab atau penyebab

Dengan demikian, Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai “tiga penyebab kebahagiaan” yang berlandaskan pada tiga hubungan harmonis, yaitu hubungan dengan Tuhan (Parahyangan), antar manusia (Pawongan), dan dengan alam (Palemahan).

Baca juga: Sengketa Lahan Antara Desa Adat Gerih dan Desa Adat Cemenggon di Bali (2023): Tinjauan Teori Pluralisme Hukum John Griffiths

Pengaruh Tri Hita Karana dalam Budaya Bali

Parahyangan (Hubungan dengan Tuhan)

Nilai Parahyangan menekankan pentingnya hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan. Seperti di keseharian masyarakat Bali yang melaksanakan berbagai upacara keagamaan. Seperti persembahyangan di Oura, Melasti, dan Ngaben. Misalnya upacara Melasti, upacara ini mengajak seluruh warga untuk bersama-sama membersihkan diri secara spiritual dengan mendekati sumber air. ritual ini tak hanya memperkuat ikatan antara individu dengan Sang Pencipta, tetapi juga membangun rasa kebersamaan di antara anggota komunitas.

Pawongan (Hubungan antar Manusia)

Nilai Pawongan mendorong terjalinnya hubungan yang harmonis antar manusia. Konsep gotong royong menjadi salah satu wujud nyata nya. Misalnya di upacara Ngaben, seluruh orang berpartisipasi untuk membantu keluarga yang sedang berduka. Hal ini menumbuhkan solidaritas dan mengurangi kesenjangan sosial.

Palemahan (Hubungan dengan Alam)

Palemahan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam. Masyarakat Bali memandang alam sebagai sumber kehidupan yang harus dilestarikan. Kebersihan lingkungan dan upaya konservasi seperti pelestarian sistem irigasi tradisional (subak) dan ritual menjaga tempat-tempat suci merupakan bagian penting dari penerapan nilai Palemahan. Hal ini tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga mengukuhkan identitas budaya yang melekat pada kearifan lokal.

Tri Hita Karana dalam Penyelesaian Konflik

Dalam konteks penyelesaian konflik, terutama yang terjadi di desa adat seperti di Penglipuran, salah satu desa adat di kabupaten Bangli. filosofi Tri Hita Karana dapat dijadikan pendekatan mediasi yang holistik. Konflik yang sering terjadi berkaitan dengan penyertifikatan tanah ayahan desa (lahan yang dikelola bersama untuk kepentingan Masyarakat).

Larangan terhadap penyertifikatan tanah tersebut dimaksudkan untuk menjaga nilai-nilai sosial dan religius. namun menimbulkan dilema karena beberapa warga menginginkan kepastian hukum atas kepemilikan tanah tersebut. untuk menyelesaikan konflik tersebut ada pendekatan yang harus dilakukan, yakni mediasi. Pendekatan mediasi berbasis Tri Hita Karana bisa dilakukan dengan tiga aspek berikut:

Parahyangan (Hubungan Spiritual)

Mediasi dapat dimulai dengan mengadakan upacara penyucian atau persembahyangan bersama di pura. hal ini akan mengingatkan para pihak akan nilai-nilai spiritual dan etika. Kegiatan ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, keadilan dan identitas bersama sebagai bagian dari komunitas yang berpegang pada tradisi keagamaan.

Pawongan (Hubungan Antar Manusia)

Pendekatan ini mengutamakan dialog dan musyawarah. Hal ini dilakukan Melalui pertemuan komunitas dan forum gotong royong, para pihak yang bersengketa dapat saling mendengarkan dan menyampaikan aspirasi mereka secara terbuka. Pendekatan kekeluargaan ini menunjang tercapainya kesepakatan yang adil, mengurangi potensi konflik lebih lanjut dan memperkuat solidaritas antarwarga.

Palemahan (Hubungan dengan Alam)

Dalam konteks konflik tanah, penting untuk menekankan bahwa tanah bukan hanya aset ekonomi, melainkan bagian dari warisan alam dan budaya. Memasukkan nilai pelestarian lingkungan dalam proses mediasi akan memastikan bahwa keputusan yang diambil mempertimbangkan keberlanjutan dan konservasi sumber daya alam, sehingga konflik dapat diselesaikan dengan perspektif jangka panjang.

Selain itu, Pelibatan tokoh adat juga sangat penting agar setiap keputusan memiliki dasar budaya yang kuat dan dapat diterima bersama.

Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Tri Hita Karana

Di era globalisasi dan modernisasi nilai-nilai tradisional seperti Tri Hita Karana menghadapi beberapa tantangan:

 Globalisasi

Masuknya budaya asing melalui media sosial dan perdagangan internasional bisa mengikis nilai nilai lokal. Budaya Konsumerisme dan individualisme yang berkembang dapat menggeser semangat gotong royong dan kebersamaan yang telah lama menjadi identitas masyarakat Bali.

Modernisasi

Sistem pendidikan dan tata kelola yang modern cenderung menekankan pencapaian akademik dan efisiensi teknologi yang sering kali mengabaikan aspek spiritual dan sosial tradisional. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya ruang bagi nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Individualisme

Tekanan untuk menonjolkan kebebasan dan kemandirian individu dapat mengurangi rasa solidaritas dan kerja sama. Dengan demikian, ikatan sosial yang selama ini menjadi dasar Tri Hita Karana berpotensi melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik.

Baca juga: Awig-Awig: Pilar Hukum Adat dalam Mengatur Kehidupan Masyarakat Bali

Namun, terdapat pula peluang besar untuk memperkuat nilai-nilai tradisional melalui beberapa hal:

  • Penguatan Nilai Spiritual (Parahyangan)

Melalui pendidikan dan kegiatan keagamaan, masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai keagamaan yang mendukung kedamaian batin dan stabilitas sosial.

  • Peningkatan Interaksi Sosial (Pawongan)

Forum musyawarah dan program pemberdayaan masyarakat yang mengedepankan gotong royong dapat meningkatkan hubungan antarwarga.

  • Pelestarian Lingkungan (Palemahan)

Penerapan teknologi ramah lingkungan dan program ekowisata yang berfokus pada konservasi alam dapat menginspirasi inovasi dalam pengelolaan lingkungan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

  • Integrasi dalam Pendidikan dan Kebijakan Publik

Menanamkan nilai Tri Hita Karana dalam kurikulum pendidikan dan kebijakan pembangunan dapat membantu menjaga identitas budaya serta menyediakan solusi penyelesaian konflik yang berwawasan holistik.

Kesimpulan

Tri Hita Karana merupakan filosofi hidup yang mendasar dalam masyarakat Bali, menekankan tiga penyebab kebahagiaan melalui keseimbangan hubungan dengan Tuhan, manusia dan alam. Filosofi ini tidak hanya membentuk identitas budaya Bali, tetapi juga berperan sebagai pedoman etis dan moral dalam penyelesaian konflik. seperti yang terjadi di Desa Adat Penglipuran.

Dengan menerapkan nilai-nilai Parahyangan, Pawongan dan Palemahan secara terintegrasi, masyarakat dapat menciptakan solusi mediasi yang tidak hanya menyelesaikan masalah teknis tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan keberlanjutan lingkungan.

Meskipun tantangan dari globalisasi, modernisasi dan individualisme semakin nyata, namun ada peluang untuk menguatkan nilai-nilai tradisional yang terbuka lebar. Penguatan nilai spiritual, peningkatan interaksi sosial, dan pelestarian lingkungan merupakan kunci untuk mempertahankan harmoni serta membangun masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan. Dengan demikian, Tri Hita Karana tetap relevan sebagai solusi holistik dalam menyelesaikan konflik dan mendukung pembangunan masyarakat Bali di era modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *